Setelah cukup lama tak terurus, Lawang Sewu pada akhirnya diremajakan kembali di semua aspek bangunannya. Perubahan ini pun kini tampak terlihat pada bangunan bersejarah yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah, ini. Lantas, seperti apa wajah Lawang Sewu terkini?
Seram dan angker. Kesan ini yang melekat di benak banyak orang, termasuk saya, tentang bangunan Lawang Sewu. Bangunan yang memiliki seribu pintu (arti kata Lawang Sewu) ini, memang lebih terkenal dengan cerita mistisnya. Nilai sejarah bangsa seolah tenggelam di antara sederet cerita hantu yang terus bermunculan. Padahal kebenarannya masih disangsikan. *Saya masih menyangsikan karena belum lihat hantu di sini secara langsung. hehehe….
Salah satu penyebab cerita hantu ini terus bermunculan dikarenakan tak terurusnya bangunan Lawang Sewu. Masih terbayang di benak saya ketika mengunjungi tempat ini semasa kuliah di Universitas Diponegoro, Semarang. Kondisi fisik bangunan terlihat sangat usang. Pintu dan jendela kayunya pun banyak yang lapuk termakan usia. Cat tembok hampir memudar dan terkelupas di semua sudut dindingnya. Lumut pun tumbuh dimana-mana. Kondisi ini semakin mengokohkan eksistensi cerita hantu di Lawang Sewu. *hantu aja eksis hehe…
Cerita yang tak kalah menarik, Lawang Sewu pernah dijadikan penjara bawah tanah. Konon, para tahanan yang menghuni selalu mendapat penyiksaan, bahkan banyak yang meninggal. Lokasinya berada di lorong bawah tanah. Selain menjadi penjara yang angker, Lawang Sewu pernah menjadi saksi sejarah Pertempuran lima hari di Semarang yang menewaskan ribuan jiwa di sekitar bangunan itu. Cerita masa lalu dan ketidakterawatan inilah yang membuat bangunan ini ditakuti. Namun lihatlah kini, wajah Lawang Sewu tampak berseri. Kesan suram yang dulu terpatri hilang dihempas bumi. Pusaka bangsa yang hampir mati pun kini terlahir kembali.
Objek Wisata Budaya
Ya, setelah lama mati suri, Lawang Sewu kini siap menebarkan pesonanya. Ini tak terlepas dari peran PT Kereta Api Indonesia dan pemerintah Kota Semarang dalam menghidupkan pusaka negeri. Bahkan, semenjak dibuka ibu Ani Yudhoyono, istri mantan Presiden RI, pada tanggal 5 Juli 2011 lalu, keberadaan Lawang Sewu sebagai objek wisata budaya kian menguat. Oya, saya merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dan Ella Ubaidi, Kepala Pusat Pelestarian dan Benda Bersejarah PT Kereta Api Indonesia ketika saya berkunjung ke tempat ini. *Terima kasih kepada PT Semen Gresik. Tbk. karena pertemuan ini terjadi di tengah kesibukan saya dikontrak jadi pembicara dan konsultan di Semarang.
Jero Wacik mengatakan bahwa pemugaran ini harus mempunyai manfaat bagi kesejahteraan rakyat. “Bangunan ini harus bermanfaat. Selain manfaat kebanggaan atas nilai sejarah yang tinggi, juga ke depannya Lawang Sewu dapat menjadi salah satu objek wisata unggulan,” ujar Jero. *Tapi sayang, saya tak bisa foto dengan beliau. Pengamanannya ketat.
Hadirkan 4 Ruang Berbeda
Ella Ubaidi mengungkapkan hal senada bahwa Lawang Sewu akan diarahkan sebagai objek wisata budaya dan objek wisata belanja. Setidaknya ada 4 ruang yang akan mendukung kedua kegiatan tersebut, yaitu museum, ruang pamer, tempat makanan, dan ruang audiovisual.
Pertama, museum. ruang ini akan mengakomodasi berbagai benda yang memiliki nilai sejarah, baik itu lukisan maupun patung. Kedua, ruang pamer. Rencananya akan dikonsep seperti gerai pamer seni kreatif yang pesertanya se-Nusantara. Konsepnya dirancang tematik, setiap bulan temanya berbeda. Misalnya bulan ini pameran batik dan bulan besok pameren kerajinan.
Ketiga, tempat makan. Ini rencana jangka panjang bahwa di Lawang Sewu ini akan dihadirkan foodcourt. “Bagaimana pun kami ingin orang datang ke sini mendapat paket utuh. Semua tersedia,” ujar Ella. Keempat, ruang audiovisual. Ruang ini adalah ruang digital yang akan memperlihatkan video sejarah Lawang Sewu dari dulu hingga sekarang. Jika benar-benar terealisasi, tempat ini akan benar-benar menarik.
Dipertahankan Keasliannya
Selama proses pemugaran Lawang Sewu ini ada hal mutlak yang tidak boleh dilanggar, yaitu tidak mengubah bentuk asli bangunan. “Kami berusaha mempertahankan keaslian bentuk bangunan ini. Karena bangunan ini kan memiliki nilai sejarah,” ungkap Ella Ubaidi.
Dalam proses pemugaran ini, PT KAI memperoleh dukungan data dan gambar asli dari Pemerintah Belanda. Studi pemugaran berlangsung sejak 2008, dengan melibatkan tenaga ahli dan mahasiswa dari Universitas Katolik Soegijapranata (UNIKA) Semarang. Tujuan utama pemugaran adalah mengembalikan semua ornamen dan bentuk bangunan ke aslinya.
Renovasi yang dilakukan pun terbilang memakan waktu cukup lama. Lambatnya proses dikarenakan kerusakan bangunan terbilang sangat Parah. Semua elemen bangunan dari mulai lantai, dinding, pintu, kusen, hingga atap semua diganti total. Dan menyesuaikan material bangunan adalah bagian tersulit.
Harapan saya, semua rencana yang sudah disusun ini akan berjalan dengan baik dan terlaksana. Lawang Sewu pun benar-benar akan menjadi objek wisata budaya dan objek wisata belanja yang membanggakan. Tak hanya membanggakan di mata orang Indonesia, tetapi di dunia internasional. Amien…
Foto Dok PT Kereta Api Indonesia, Irfan Hidayat
Mantap kang artikelnya, dah lama bgt ga main ke semarang… hope’ll be there soon.. tp ko di foto nya ada penampakan ya? (Skr hantu nya pake kaos merah di tengah lapang,hehehe….)
LikeLike
@lingga : Kalau penampakannya begitu semua, nanti makin banyak ya yang datang ke Lawang Sewu. Hahaha… Ntar, malah pada enggak mau pulang lagi. Kan brabe dimarahin ama ibu bapaknya… wkwkwkw
LikeLike